Posts

Showing posts from August, 2007

keras, keras

hidup itu keras, tidak ada tempat bagi lilin lilin untuk hidup. entah di surga nanti. setelah api membakar habis tubuh lilin entah berapa nilai pengorbanannya. tidak ada apapun yang diharapkan oleh lilin. selain kedamaian dan ketenangan hati. tapi sayang dunia terlalu keras oleh hegemoni dan kekuatan. dimana lilin pasti lebih memilih mundur dan mencari arti dari itu. dalam kesunyian dalam keheningan, baik malam maupun siang lilin terus membakar. menerangi, tapi entah untuk siapa dan demi apa.

Yang terlintas hari ini

aku adalah nila di dekat sebelanga susu. hati hati karena aku adalah malapetaka bagi susu itu. mungkin itulah takdir nila yang tidak boleh bersatu dengan susu. ini hanyalah sebuah cerita tidak ada hubungannya dengan kejadian apapun. jangan pernah menduga mungkin nanti anda yang tersiksa. tapi aku menemukan sebuah kejujuran pada nila. nila tidak mau menjadi orang lain nila ingin menjadi nila. hanya saja apakah sebuah kejujuran (bukan kebenaran) akan berakhir pada penyesalan yang panjang. ada pepatah mengatakan walaupun pahit jujur tetap jalan yang terbaik. pepatah tinggallah pepatah bahkan kini menjadi mitos, cerita dongeng untuk si upik yang diharapkan perkembangannya sesuai dengan teori-teori yang ada di buku. dan menjadikannya insan kamil setelah besar nanti. sekarang teori tinggal teori, teori hanya kerangka teknis. dan setiap teknis pasti memiliki kelemahan, bahkan huberman sekalipun. teori tentang cinta kini menjadi basi dan terkubur dalam perut bumi. begitupun dalam hati, bukan

menunda kematian -edited-

Image
jangan pergi ketika banyak kekacauan terjadi, itulah yang dibilang orang pada para pengecut. tapi apa arti kata pengecut sekarang ini. masihkah seperti seorang samurai yang harus menebus kekalahan dengan nyawanya melalui ritual harakiri. pengecut kini sudah tidak berarti lagi dan sering diplesetkan menjadi mundur selangkah untuk maju seribu langkah. aku terhenyak ketika melihat seorang lelaki tua menuntun gerobaknya yang dipenuhi gorengan sekedar untuk bertahan hidup. aku terhenyak ketika berjalan pulang bertemu dengan wanita tua menuntun gerobaknya yang penuh dengan kardus. jarak kontak antara kami begitu dekat sehingga terjadilah perbincangan di antara kami dalam perjalanan pada pukul tiga dini hari. rupanya tanpa sadar wanita tua itu memperhatikanku. karena memang kami sering berpapasan walau tanpa bertegur sapa. tapi kupikir apakah semudah itu orang terbuka pada pribadi yang baru melakukan interaksi untuk pertama kali. aku sering merasakan ini, kenapa orang begitu percaya, ada apa